Kisah Nabi Ismail Disembelih Nabi Ibrahim - Kisah 25 Nabi Rasul dan Sahabat

Kisah Kelahiran Nabi Ismail AS
Sampai Nabi Ibrahim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Sarah, isterinya dan Hajar, dayangnya di tempat tujuannya di Palestin. Ia telah membawa pindah juga semua binatang ternaknya dan harta miliknya yang telah diperolehinya sebagai hasil usaha niaganya di Mesir.

Al-Bukhari meriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a.berkata:
Pertama-tama yang menggunakan setagi (setagen) ialah Hajar ibu Nabi Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Siti Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrahim a.s. tetapi belum juga hamil. tetapi walaubagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahsia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s. Dan sebagai lazimnya seorang isteri sebagai Siti Sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagai seorang dayangnya yang diberikan kepada Nabi Ibrahim a.s. Dan sejak itulah Siti Sarah merasakan bahawa Nabi Ibrahim a.s. lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sgt gembira dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan permulaan ada keratakan dalam rumahtangga Nabi Ibrahim a.s. sehingga Siti Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat Siti Hajar dan minta pada Nabi Ibrahim a.s. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain tempat.

Untuk suatu hikmah yang belum diketahui dan disadari oleh Nabi Ibrahim Allah s.w.t. mewahyukan kepadanya agar keinginan dan permintaan Sarah isterinya dipenuhi dan dijauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan di tempatkan dan kepada siapa akan ditinggalkan.

Maka dengan tawakkal kepada Allah berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang diboncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah diri kepada Allah yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya. Dan berjalanlah unta Nabi Ibrahim dengan tiga hamba Allah yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang kencang menghembur-hamburkan debu-debu pasir.

Ismail dan Ibunya Hajar Ditingalkan di Makkah

Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang memenatkan tibalah pada akhirnya Nabi Ibrahim bersama Ismail dan ibunya di Makkah kota suci dimana Kaabah didirikan dan menjadi pujaan manusia dari seluruh dunia. di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrahim mengakhiri perjalanannya dan disitulah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan keadaan sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering . Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan ditinggalkan oleh Ibrahim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir. Ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim memohon belas kasihnya, janganlah ia ditinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu, tiada seorang manusia, tiada seekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu. Nabi Ibrahim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tergamak meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya yang sangat disayangi akan tetapi ia sedar bahwa apa yang dilakukan nya itu adalah kehendak Allah s.w.t. yang tentu mengandungi hikmat yang masih terselubung baginya dan ia sedar pula bahawa Allah akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat pengasingan itu dan segala kesukaran dan penderitaan. Ia berkata kepada Hajar :

"Bertawakkallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungi mu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan wahyunya, tidak sesekali aku tergamak meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat ku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allah."

Mendengar kata-kata Ibrahim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada baju Ibrahim dan dilepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke Palestin dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang menetak. Sedang Nabi Ibrahim pun tidak dapat menahan air matanya keetika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Makkah menuju kembali ke Palestin di mana isterinya Sarah dengan puteranya yang kedua Ishak sedang menanti. Ia tidak henti-henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allah perlindungan, rahmat dan barakah serta kurniaan rezeki bagi putera dan ibunya yang ditinggalkan di tempat terasing itu. Ia berkata dalam doanya:" Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu { Baitullahil Haram } di lembah yang sunyi dari tanaman dan manusia agar mrk mendirikan solat dan beribadat kepada-Mu. Jadikanlah hati sebahagian manusia cenderung kepada mrk dan berilah mrk rezeki dari buah-buahan yang lazat, mudah-mudahan mrk bersyukur kepada-Mu."

Kisah Timbulnya Mata Air Zamzam yang Airnya Tidak Pernah Habis Sampai Detik Ini


Sepeninggal Nabi Ibrahim tinggallah Hajar dan puteranya di tempat yang terpencil dan sunyi itu. Ia harus menerima nasib yang telah ditakdirkan oleh Allah atas dirinya dengan kesabaran dan keyakinan penuh akan perlindungan-Nya. Bekalan makanan dan minuman yang dibawanya dalam perjalanan pada akhirnya habis dimakan selama beberapa hari sepeninggalan Nabi Ibrahim. Maka mulailah terasa oleh Hajar beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ia masih harus meneteki anaknya, namun air teteknya makin lama makin mengering disebabkan kekurangan makan .Anak yang tidak dapat minuman yang memuaskan dari tetek ibunya mulai menjadi cerewet dan tidak henti-hentinya menangis. Ibunya menjadi panik, bingung dan cemas mendengar tangisan anaknya yang sgt menyayat hati itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri serta lari ke sana ke sini mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dpt meringankan kelaparannya dan meredakan tangisan anaknya, namun sia-sialah usahanya. Ia pergi berlari harwalah menuju bukit Shafa kalau-kalau ia boleh mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya tetapi hanya batu dan pasir yang didapatnya disitu, kemudian dari bukit Shafa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia berharwahlah ke tempat itu namun ternyata bahawa yang disangkanya air adalha fatamorangana {bayangan} belaka dan kembalilah ke bukit Shafa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi gagal dan melesetlah dugaannya. Demikianlah maka karena dorongan hajat hidupnya dan hidup anaknya yang sangat disayangi, Hajar mundar-mundir berlari sampai tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung merasa penat dan hampir berputus asa.

Diriwayatkan bahawa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah kepadanya malaikat Jibril bertanya:" Siapakah sebenarnya engkau ini?" " Aku adalah hamba sahaya Ibrahim". Jawab Hajar." Kepada siapa engkau dititipkan di sini?"tanya Jibril." Hanya kepad Allah",jawab Hajar.Lalu berkata Jibril:" Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-siakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya."

Kemudian diajaklah Hajar mengikuti-nya pergi ke suatu tempat di mana Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah dan segeralah memancur dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa Allah .Itulah dia mata air Zamzam yang sehingga kini dianggap keramat oleh jemaah haji, berdesakan sekelilingnya bagi mendapatkan setitik atau seteguk air daripadanya dan kerana sejarahnya mata air itu disebut orang " Injakan Jibril ".

Alangkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang mancur itu. Segera ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan segera pula terlihat wajah puteranya segar kembali, demikian pula wajah si ibu yang merasa sgt bahagia dengan datangnya mukjizat dari sisi Tuhan yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah dibayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada.

Mancurnya air Zamzam telah menarik burung-burung berterbangan mengelilingi daerah itu menarik pula perhatian sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkhemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa di mana ada terlihat burung di udara, nescaya dibawanya terdapat air, maka diutuslah oleh mrk beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu pergi mengunjungi daerah di mana Hajar berada, kemudian kembali membawa berita gembira kepada kaumnya tentang mata air Zamzam dan keadaan Hajar bersama puteranya. Segera sekelompok suku Jurhum itu memindahkan perkhemahannya ke tempat sekitar Zamzam ,dimana kedatangan mrk disambut dengan gembira oleh Hajar karena adanya sekelompok suku Jurhum di sekitarnya, ia memperolehi jiran-jiran yang akan menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirasakan di dalam hidupnya berduaan dengan puteranya saja.

Hajar bersyukur kepada Allah yang dengan rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu cenderung datang meramaikan dan memecahkan kesunyian lembah di mana ia ditinggalkan sendirian oleh Ibrahim.


Sejarah Nabi Ismail Sebagai Qurban

Nabi Ibrahim dari masa ke semasa pergi ke Makkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila mengenangkan keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.

Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri.

Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.

Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.

Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."

Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.

Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan ."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh pelosok dunia.

Sumber : http://kisah25nabi.blogspot.com

Kisah Lain Tentang Kisah Penyembelihan Nabi Ismail AS Oleh Nabi Ibrahim AS Sebagai Kurban

Suatu hari, ketika Nabi Ibrahim a.s. berada di Mekah sedang dalam keadaan tertidur. Dia mendengar suara daripada Allah s.w.t. yang memerintahkannya agar dia menyembelih anaknya, Ismail. Nabi Ibrahim a.s. bangun daripada tidurnya dalam keadaan terkejut dengan mimpinya yang aneh itu. Nabi Ibrahim a.s. meminta keampunan dan perlindungan kepada Allah s.w.t. Dia kembali tidur. Mimpi yang seperti awalnya terjadi lagi. Dia bangun lagi dan tidur lagi. Akan tetapi, mimpinya masih tetap sama.

Nabi Ibrahim a.s. mengetahui bahawa perintah tersebut merupakan ujian yang harus dia jalani. Amat berat bagi Ibrahim a.s. untuk memberitahu isi wahyu itu kepada Ismail. Ismail pada saat itu menginjak dewasa dan boleh mencari nafkahnya sendiri. Nabi Ibrahim a.s. sangat senang kerana Ismail sudah besar. Nabi Ibrahim a.s. memberitahu perintah Allah s.w.t. tersebut kepada Ismail.

Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud :

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim a.s. berkata, 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelih kamu. Maka fikirkanlah apa pendapat kamu!' Dia menjawab, 'Hai bapaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada kamu. Insya Allah s.w.t. kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'"
(Ash-Saffat: 102)


Ketika Nabi Ibrahim a.s. hendak pergi melaksanakan penyembelihan puteranya itu, beliau berkata kepada Siti Hajar, ibu Ismail a.s.: "Tolong kamu pakaikan anak kamu Ismail pakaian yang paling baik dan cantik kerana aku akan pergi berziarah dengannya."

Siti Hajar memakaikan pakaian yang paling cantik kepada Ismail, memberinya minyak rambut, lalu menyisir rambutnya. Kemudian, Nabi Ibrahim a.s. pergi bersama Ismail dekat dengan kota Mina. Dia juga membawa tali dan pisau yang tajam. Waktu itulah, iblis terkutuk datang menggoda Nabi Ibrahim a.s. Mereka tidak pernah sesibuk seperti hari itu. Menyaksikan perkara itu, Ismail ketakutan dan berlari ke hadapan ayahnya.

Iblis lalu berkata: "Apakah kamu tidak memerhatikan badannya yang gagah, parasnya yang tampan dan perilakunya yang santun?"

Nabi Ibrahim a.s. menjawab: "Ya, tetapi aku telah diperintah oleh Tuhanku untuk menyembelihnya."

Apabila iblis terkutuk itu putus asa kerana tidak dapat menggoda Nabi Ibrahim a.s., dia pun pergi menemui Siti Hajar dan berkata: "Bagaimana boleh kamu hanya duduk-duduk sahaja, sedangkan Ibrahim pergi dengan anak kamu dan hendak menyembelih anak kamu?"

Siti Hajar menjawab: "Jangan berdusta! Aku tahu seorang ayah tidak akan sanggup menyembelih anaknya sendiri!"

Iblis berkata: "Suami kamu membawa pergi anak kamu sambil membawa tali dan pisau. Dia mengira Tuhannya telah menyuruhnya untuk itu."

Siti Hajar mengelak: "Nabi tidak diperintahkan untuk mengerjakan sesuatu yang sia-sia. Tapi, jika memang Allah s.w.t. telah memerintahkan perkara itu, aku sendiri bersedia untuk menurut perintah itu dengan jiwaku. Bukan hanya jiwa, malah anakku rela kukorbankan demi Allah s.w.t.!"

Apabila iblis terkutuk berputus asa kerana tidak boleh memujuk Siti Hajar, maka dia pergi menemui Ismail seraya berkata: "Hai Ismail, kamu nampak bersenang-senang, sedangkan saat ini ayah kamu membawa tali dan pisau untuk menyembelih kamu."

"Jangan berdusta, hai iblis. Mengapa ayahku hendak menyembelihku?" tanya Ismail.

"Dia mengira bahawa Tuhannya telah menyuruhnya demikian."

"Aku memerhatikan dan mentaati perintah Tuhanku!" tegas Ismail

Ketika iblis yang terkutuk itu melontarkan kata-kata yang lain, terlebih dahulu Ismail a.s. mengambil batu dan tanah lalu melemparkannya kepada iblis sehingga menyebabkan mata iblis yang kiri pecah dan menjadi buta. Setelah itu, barulah iblis pergi. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi perintah Allah s.w.t.yang mewajibkan umat Islam untuk melemparkan batu di tempat itu untuk mengusir syaitan seperti yang dilakukan oleh Nabi Ismail.

Apabila Nabi Ibrahim a.s. sampai di Mina, beliau berkata kepada Nabi Ismail: "Anakku, aku mendengar dalam mimpiku bahawa Allah s.w.t. telah memerintahkanku untuk menyembelih kamu. Bagaimana pendapat kamu?"

Maksud daripada pertanyaan Nabi Ibrahim a.s. adalah dia meminta pendapat Nabi Ismail tentang perintah dalam mimpinya itu. Adakah Ismail akan tabah dan sabar menerima perintah Allah s.w.t. itu, atau Ismail akan menolaknya dan meminta ampun kepada Allah s.w.t. sebelum perintah itu dilaksanakan. Sekaligus sebagai ujian adakah Ismail akan menjawab dengan penuh perhatian dan taat kepada perintah Allah s.w.t. atau tidak.

Lalu Ismail menjawab: "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang Allah s.w.t. perintahkan kepada kamu. Insya Allah s.w.t., ayah akan mendapatkan aku sebagai orang yang sabar dalam menjalankan perintah Allah s.w.t."

Apabila Nabi Ibrahim a.s. mendengar jawapan dari puteranya itu, beliau tahu bahawa doanya telah dikabulkan oleh Allah s.w.t. iaitu: "Rabbi hablii minash solihiin. (Ya Tuhanku, berikanlah aku anak yang soleh)." Lalu, Nabi Ibrahim a.s. pun mengucapkan pujian dan syukur serta berterima kasih kepada Allah s.w.t.

Kemudian Ismail berkata: "Wahai ayah, aku sampaikan beberapa pesanan kepada ayah! Hendaklah ayah mengikat tanganku agar aku tidak dapat bergerak-gerak kerana mungkin aku akan menyakiti ayah. Hadapkan wajahku ke tanah agar ayah tidak dapat melihat wajahku dan berasa kasihan kepadaku. Hendaklah ayah melipat kain ayah agar tidak dilumuri darah meskipun sedikit sehingga mengurangkan pahalaku dan diketahui oleh ibu hingga dia menjadi sedih. Hendaklah ayah menajamkan pisau ayah dan mempercepatkan sembelihannya di atas leherku agar aku tidak merasa terlalu sakit kerana sesungguhnya mati itu sakit sekali.

Hendaklah ayah membawa bajuku kepada ibu sebagai kenang-kenangan dariku, serta sampaikan salam hormatku kepadanya dan katakan; Bersabarlah engkau menerima perintah Allah s.w.t. dan jangan beritahu kepadanya bahawa ayah telah menyembelih aku dengan mengikat tanganku. Jangan pula ayah memasukkan anak-anak ke rumah ibu, agar kesedihannya tidak terlalu lama. Begitu juga ayah, janganlah kamu melihat anak seusiaku kerana nanti ayah akan menyesal dan bersedih terhadapku."

Mendengar permintaan anaknya, Nabi Ibrahim a.s. berkata: "Sebaik-baik penolong adalah kamu, wahai anakku, untuk melaksanakan perintah Allah s.w.t."

Kemudian kedua-duanya bersiap untuk melaksanakan perintah Allah s.w.t. Nabi Ibrahim a.s. sendiri yang akan membaringkan Nabi Ismail seperti membaringkan kambiing yang akan disembelih. Ada juga yang mengisahkan Nabi Ibrahim a.s. menelungkupkan wajah Ismail dengan syarat agar tidak melihat sesuatu yang akan menimbulkan kasih sayangnya sehingga dapat menghalangnya daripada melaksanakan perintah Allah s.w.t. Kejadian itu terjadi di suatu sisi seketul batu besar yang terletak di Mina.

Ada yang mengisahkan kejadian itu berlaku di suatu tempat di Mina. Ketika Nabi Ibrahim a.s. meletakkan pisaunya pada leher Ismail a.s., beliau pun berusaha memotong dengan kuat sekali, tetapi sekuat manapun dia mencuba, dia tidak mampu untuk memutuskan leher anaknya itu.

Sesungguhnya ketika kejadian itu berlaku, Allah s.w.t. telah membuka tutup mata para malaikat yang ada di langit dan di laut. Ketika melihat Nabi Ibrahim a.s. telah menyembelih puteranya Ismail, mereka tersungkur bersujud kepada Allah s.w.t.

Allah s.w.t. berfirman: "Perhatikan oleh kamu sekalian tentang hamba-Ku ini, bagaimana dia meletakkan pisau di atas leher puteranya untuk mengharapkan keredhaan-Ku, sedangkan kamu dahulu telah menyatakan sesuatu ketika Aku berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikan di bumi ini seorang khalifah." Kamu berkata: "Apakah Engkau menciptakan orang yang akan berbuat kerosakan di bumi dan akan menumpahkan darah, sedangkan kami semua maha sucikan Engkau?"

Kemudian Ismail berkata lagi: " Wahai ayahku, lepaskanlah ikatan tali di tangan dan kakiku agar Allah s.w.t. tidak memandang aku sebagai orang yang terpaksa mentaati perintah-Nya. Kemudian letakkan pisau itu di leherku agar malaikat-malaikat tahu bahawa putera Ibrahim a.s. telah mentaati perintah Allah s.w.t. dengan ikhtiar (pilihan sendiri dan secara sukarela)."

Lalu, Nabi Ibrahim pun menelentangkan kedua-dua tangan Ismail dan kedua kakinya yang tanpa ikatan serta memalingkan wajahnya ke tanah lalu menekankan pisau dengan sekuat tenaganya. Namun dengan izin Allah s.w.t., ternyata pisau itu tidak boleh memotong leher Ismail.

Melihat kejadian itu, Ismail berkata: "Wahai ayahku, kekuatan kamu menjadi lemah kerana kamu masih menyimpan cinta kamu untukku. Oleh kerana itulah, kamu tidak boleh menyembelih aku."

Lalu Nabi Ibrahim a.s. memukulkan pisau itu pada batu dan batu itu pecah menjadi dua.

Kemudian Ibrahim a.s. berkata: "Hai pisau, engkau mampu membelah batu itu, tetapi mengapa engkau tidak mampu memotong leher anakku?"

Dengan izin Allah s.w.t., pisau itu dapat berbicara dan menjawab: "Wahai Nabi Allah Ibrahim, kamu memang mengatakan "Potonglah!" kepadaku, sedangkan Tuhan penyeru alam sekalian juga berfirman: "Jangan kamu potong!" Maka bagaimana mungkin aku mentaati kamu, sedangkan aku harus menderhakai Tuhanku dan Tuhan kamu?"

Kemudian Allah s.w.t. berfirman: "Dan kami menyeru: "Hai Ibrahim, sungguh kamu telah membenarkan mimpi kamu. Daripada semua yang kamu lakukan, Aku boleh melihat bahawa kamu bersungguh-sungguh telah memilih keredhaan-Ku daripada kecintaan kamu terhadap anak kamu. Oleh sebab itulah, kamu termasuk golongan orang-orang yang taat kepada perintah-Ku. Sesungguhnya ujian ini merupakan ujian yang nyata. Penyembelihan itu adalah ujian yang nyata untuk mengetahui antara yang ikhlas dan yang tidak ikhlas dan merupakan ujian yang sangat sukar kerana tidak ada yang sesukar ujian ini."

"Maka, Kami selamatkan orang yang diperintahkan menyembelih dengan sembelihan yang besar daripada syurga, iaitu kambing kibas yang dahulu telah dikorbankan oleh Habil yang telah diterima darinya. Korban (kambing) itu tetap berada di syurga sehingga Ismail ditebus (ditukar) dengan kambing itu. Oleh sebab itulah, Kami perintahkan kepada Jibril untuk membawa kambing kibas itu ketika terakhir kali engkau meletakkan pisau kamu kepada leher Ismail."

Malaikat Jibril lalu berseru untuk mengagungkan Allah s.w.t. dan merasa takjub (kagum) menyaksikan perbuatan Nabi Ibrahim a.s. sambil berucap: "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar."

Lalu Nabi Ibrahim a.s. membalas ucapan Jibril dengan ucapan: "La ilaaha illallaahu Allahu Akbar."

Begitu juga Ismail, dia menyambutnya dengan ucapan: "Allahu akbar wa lillahil hamdu."

Kemudian Allah s.w.t. memuliakan ucapan itu lalu mewajibkan umat Islam untuk mengucapkannya pada hari raya Aidil Adha untuk mengikut jejak Nabi Ibrahim a.s. dan puteranya, Nabi Ismail yang sentiasa redha dan taat dalam menjalankan perintah Allah s.w.t.

sumber : http://komuniti.iluvislam.com/topic/24569-kisah-penyembelihan-nabi-ismail-oleh-nabi-ibrahim/ --> Kisah Penyembelihan Nabi Ismail

Keturunan Nabi Ismail AS

Keturunan Nabi Ismail dapat dilihat dari silsilah dari Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW
http://answering-islam.com/family_tree.htm
Wallahu a'alam bissawab